Oleh Ovan
Adohar
Demokrasi di Indonesia
pada dasarnya diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi yang menjadi
problem adalah metode ataukah sarana dalam memilih leader atau pemimpin yang
akan memimpin bangsa Indonesia. Demokrasi di Indonesia seolah mementingkan
kepentingan partai daripada kepentingan masyarakat Indonesia. Budaya politik di
Indonesia masih bersifat linear antara calon leader dengan partai pengusung di
pesta demokrasi Indonesia yang seolah bukan untuk kepentingan masyarakat tetapi
kepentingan partai pengusungnya.
Anggaran besar dalam
pesta demokrasi di Indonesia menjadi problem karena pembiayaan yang cukup besar
baik dari penyelenggara maupun calon leader di Indonesia. Ketidak pahaman
sebagian masyarakat terhadap pesta demokrasi mengakibatkan mereka menjadi
pemilih pragmatis dan tidak melihat figur leader untuk memimpin Indonesia.
Permasalahan
kepemimpinan di Indonesia memang sudah menjadi warisan di negeri ini sehingga
memang kita membutuhkan sistem demokrasi yang dapat menghasilkan figur - figur
pemimpin masa depan bangsa untuk mengatasi semua problem kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia. Pemimpin yang kita harapkan adalah pemimpin politik yang banyak
melahirkan visi dan misi yang berkepanjangan.
Pemimpin yang
dibutuhkan di Indonesia pada tahun 2019 adalah pemimpin karismatik dan pemimpin
transformasi. Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang di segani, sedangkan pemimpin
transformasi adalah pemimpin yang menerapkan sebuah proses secara
berangsur-angsur.
Dalam teori politik
harus ada input, proses, output, dan featback, yang bertujuan sebagai
evaluasi dari sistem politik Indonesia pada tahun 2019 mendatang. Cuman yang
menjadi persoalannya dalam penerapan tekhnologi informasi karena masyarakat
sudah krisis kepercayaan dan banyaknya praktek manipulasi proses terhadap
tekhnologi informasi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar