Oleh Ovan Adohar
Sikap adalah penentu utama kemajuan seseorang atau masyarakat. Alvin
Toffler dalam bukunya “The Third Wave“
menyebut peradaban manusia telah mencapai tiga gelombang yaitu revolusi
pertanian, revolusi industri, dan revolusi informasi.
Saat ini kita berada dalam era revolusi industri 4.0. Istilah
“ Industrie 4.0 “ berasal dari sebuah
proyek dalam strategi tekhnologi pemerintahan Jerman. Kata kunci era industri
4.0 adalah konvergensi, yaitu perpaduan tekhnologi dari industri elektronika,
otomotif, komunikasi, hiburan, media massa, dan lain-lain. Digital Devide (kesenjangan) adalah kesenjangan ekonomi dan sosial
terkait akses, penggunaan, atau dampak tekhnologi informasi dan komunikasi
(TIK). Perkembangan Sains dan Teknologi kian hari terasa semakin pesat. Bahkan
telah diakui dapat membawa suatu perubahan besar dalam peradaban manusia.
Banyak hasil dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya masih diluar
angan-angan manusia kini sudah menjadi keperluan harian mereka. Contoh yang
paling dekat adalah teknologi transportasi yang demikian cepat, dalam jangka
waktu kurang dari 100 tahun, manusia sudah menemukan teknologi untuk terbang
keluar angkasa, menciptakan pesawat yang lebih cepat dari suara, juga teknologi
kapal selam.
Dari segi Informasi, sains dan teknologi juga mengalami
kemajuan luar biasa. Penyampaian informasi yang dahulu memerlukan waktu hingga
berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone, faxsimile, internet,
dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang
(hampir) bersamaan. Perkembangan dalam bidang lainpun seperti material,
alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan
lain – lain maju dengan begitu pesat.
Generasi kita sekarang disebut generasi digital yang terbiasa
dengan berbagai peralatan elektronik sejak usia masih sangat muda. Generasi
pasca perang dunia adalah generasi yang didefinikan sebagai orang-orang yang
lahir pasca perang dunia ke II. Dunia diperkenalkan dengan beberapa istilah
baru mengenai karakter generasi sebagai berikut, pertama, generasi Baby Boomer,
generasi yang lahir pasca perang dunia ke II, dengan rentang tahun lahir
1946-1960. Kedua, generasi x yaitu generasiyang lahir dalam rentang
tahun kelahiran 1961 sampai dengan 1980 M. Ketiga,
generasi y yaitu generasi yang lahir
dalam rentang tahun kelahiran 1981 sampai dengan 1989 M, generasi ini disebut
juga generasi millennial yang sudah mengenal tekhnologi. Keempat, genrasi z yaitu
generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1995 sampai dengan 2010,
generasi yang mengembangkan tekhnologi yang dikembangkan di generasi y. Kelima, generasi Alpha yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 2011
sampai dengan 2025. Generasi ini merupakan generasi yang terdidik.
Kita harus mengakui bahwa sains dan
teknologi telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material
atau lahiriah manusia. Penemuan-penemuan tersebut telah memberikan
bermacam-macam kemudahan pada manusia, mulai dari transportasi, komunikasi,
ilmu pengetahuan, kesehatan, rekayasa genetika, dan masih banyak lagi.
Hasil penelitian pada tahun 2014
menunjukan bahwa UIN AM belum optimal menggunakan internet sebagai media
pembelajaran dan media dakwah. Banyak penyebab mengapa umat islam tertinggal
dalam penguasaan dan penggunaan IPTEK, tidak lain dan tidak bukan karena
kebodohan dan kemalasan.
Islam menganjurkan kepada umatnya
untuk menguasai IPTEK. Al-Qur’an sangat memperhatikan ilmu pengetahuan agar
manusia berpikir dan mengkaji alam semesta sehingga melahirkan suatu kesadaran
akan kemahakuasaan Allah. Konsep pembangunan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an
bersifat integrative dan komprehensif. Afzalur Rahman mengatakan bahwa filsafat
hidup yang diajarkan Al-Qur’an memberikan gambaran yang sempurna, termasuk
kepercayaan kepada benda beserta nilainya, juga kepercayaan kepada dunia
dibalik benda serta nilainya.
Tetapi sangat disayangkan sampai saat
ini, kebanyakan ummat Islam masih menjadi pengguna/konsumen produk sains,
teknologi dan industri yang ditemukan atau dibuat oleh saintis, teknolog dan
industrialis bukan Islam. Produksi umat Islam masih berbasiskan sumber daya
alam yang mempunyai nilai tambah (added value) yang
rendah, belum berbasis sains dan teknologi yang mempunyai nilai tambah yang
tinggi. Begitu juga dengan para Ilmuwan dan teknolog Islam belum menjadi satu
kelompok yang maju, berilmu pengetahuan dan berteknologi tinggi yang bisa
menjadi rujukan dan tempat konsultasi para Ilmuwan, saintis dan teknolog dunia
lainnya.
Menurut Prof. Dr. Abdus Salam, ”Umat
Islam tertinggal dalam bidang sains dan teknologi karena beberapa sebab
diantaranya: Tidak mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains terapan maupun
sains murni, tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan tercapainya
kemandirian sains dan teknologi (self reliance),
tidak membangunkan kerangka institutional dan legal yang cukup untuk mendukung
perkembangan sains dan menerapkan cara yang tidak tepat dalam menjalankan
manajemen kegiatan di bidang sains dan teknologi. Ilmuwan dan teknolog
hendaknya bersikap kritis, dan difasilitasi oleh negara agar terbentuk
kelompok-kelompok intelektual yang aktif mengadakan kegiatan ilmiah.
Umat islam sangat tertinggal dalam
IPTEK. Prof. Baiquni dalam bukunya “Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” menguraikan,
”Diantara sebab tertinggalnya umat Islam dalam bidang sains dan teknologi
adalah: Pertama, adanya
dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin tidak begitu memahami atau salah
faham terhadap buah fikiran Imam Al Ghazali, sehingga mereka memisahkan
ilmu-ilmu agama dari sains dan teknologi. Selain itu para ulama terdahulu,
mereka adalah pakar dalam bidang agama, dan juga sains. Adapun para ulama
agama sekarang tidak begitu menguasai sains, sehingga mereka mencoba menjauhkan
pengikut-pengikutnya dari pengaruh ahli ilmu kauniyah. Hal ini mereka buat agar
terbebas dari pertanyaan-pertanyaan krtitis murid-murid mereka, sedangkan
mereka tidak dapat menjawabnya. Kedua,
embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-negara maju terhadap
negara-negara berkembang, lebih-lebih lagi negara umat Islam, sehingga
jumlah pakar sains di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada
di negara-negara bukan Islam, Institusi pendidikan sains dan teknologi di
negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan
Islam.”
Begitu juga dengan Profesor. BJ.
Habibie, yang terkenal dengan alih teknologi, dengan berfokus pada penguasaan
teknologi tingkat tinggi. Melalui empat tahapan alih teknologinya beliau
mencoba mengejar ketertinggalan Indonesia dalam bidang sains dan teknologi,
antara lain : Pertama, pembelian
Lisensi untuk memproduksi barang-barang dagangan yang ada di pasar dunia,
dengan design dan teknologi yang telah disiapkan oleh
pihak penjual lisensi yang berada di dalam dan luar negeri. Kedua, integrasi teknologi baik yang
diperoleh dari hasil pembelian lisensi maupun pengembangan sendiri yang memungkinkan
modifikasi dan adaptasi untuk mendisain produk baru. Ketiga, penciptaan teknologi baru dengan mempergunakan kemampuan
teknologi yang telah ada dalam bentuk himpunan lisensi. Keempat, hasil research, developmentdan
terbina melalui pengalaman integrasi teknologi serta pengembangan sains secara
besar-besaran untuk mempertahankan keunggulan teknologi yang telah dikuasai,
sehingga produk-produk yang dihasilkan tetap unggul dan mampu bersaing di pasar
dunia.
Tentu dunia dan Ummat Islam sangat
berterima kasih dan berhutang budi terhadap kontribusi para ahli yang telah
memetakan, bahkan mencoba menjalankan program-program dalam rangka mengatasi
hal yang menjadi kelemahan ummat. Sebagai contoh Habibi, dengan
program-programnya telah berhasil menciptakan teknologi tingkat tinggi yang
diakui dunia, misalnya teknologi pesawat terbang.
Namun, tawaran solusi ketiga
tokoh tersebut masih belum sempurna untuk bisa membuat ummat ini bangkit dari
keterpurukan ilmu pengetahuan. Alih teknologi adalah hal yang memang sangat
dibutuhkan , terutama untuk mengejar ketertinggalan dalam sains terapan.
Sejarah telah menunjukkan bagaimana
Rasulullah Saw. dengan menggunakan ilmu dan kaedah wahyu dari Allah, telah
mendidik para sahabat yang sebagaian besar buta huruf, terbelakang dalam ilmu
pengetahuan, dibandingkan dengan negara lain saat itu. Tanpa ada institusi pendidikan
formal, dan institusi-institusi Research and Development dalam
berbagai bidang ilmu, tetapi telah sukses mendidik para sahabat menjadi pribadi
unggul.
Dalam perkembangan IPTEK seorang
muslim sejati harus mempunyai sikap dan strategi dalam mengembangkan IPTEK
karena dengan menguasai Tekhnologi kita menguasai dunia. Adapaun sikap dan
strateginya yaitu dengan memahami A-Qur’an, memahami perkembangan zaman. Islam
dan zaman harus berjalan selaras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar