Senin, 21 Mei 2018

Sikap dan Strategi Intelektual Muslim Dalam Menguasai IPTEK




Oleh Ovan Adohar
Sikap adalah penentu utama kemajuan seseorang atau masyarakat. Alvin Toffler dalam bukunya “The Third Wave“ menyebut peradaban manusia telah mencapai tiga gelombang yaitu revolusi pertanian, revolusi industri, dan revolusi informasi.
Saat ini kita berada dalam era revolusi industri 4.0. Istilah “ Industrie 4.0 “ berasal dari sebuah proyek dalam strategi tekhnologi pemerintahan Jerman. Kata kunci era industri 4.0 adalah konvergensi, yaitu perpaduan tekhnologi dari industri elektronika, otomotif, komunikasi, hiburan, media massa, dan lain-lain. Digital Devide (kesenjangan) adalah kesenjangan ekonomi dan sosial terkait akses, penggunaan, atau dampak tekhnologi informasi dan komunikasi (TIK). Perkembangan Sains dan Teknologi kian hari terasa semakin pesat. Bahkan telah diakui dapat membawa suatu perubahan besar dalam peradaban manusia. Banyak hasil dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya masih diluar angan-angan manusia kini sudah menjadi keperluan harian mereka. Contoh yang paling dekat adalah teknologi transportasi yang demikian cepat, dalam jangka waktu kurang dari 100 tahun, manusia sudah menemukan teknologi untuk terbang keluar angkasa, menciptakan pesawat yang lebih cepat dari suara, juga teknologi kapal selam.
Dari segi Informasi, sains dan teknologi juga mengalami kemajuan luar biasa. Penyampaian informasi yang dahulu memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone, faxsimile, internet, dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan.  Perkembangan dalam bidang lainpun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain – lain maju dengan begitu pesat.
Generasi kita sekarang disebut generasi digital yang terbiasa dengan berbagai peralatan elektronik sejak usia masih sangat muda. Generasi pasca perang dunia adalah generasi yang didefinikan sebagai orang-orang yang lahir pasca perang dunia ke II. Dunia diperkenalkan dengan beberapa istilah baru mengenai karakter generasi sebagai berikut, pertama, generasi Baby Boomer, generasi yang lahir pasca perang dunia ke II, dengan rentang tahun lahir 1946-1960. Kedua, generasi x yaitu generasiyang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1961 sampai dengan 1980 M. Ketiga, generasi y yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1981 sampai dengan 1989 M, generasi ini disebut juga generasi millennial yang sudah mengenal tekhnologi. Keempat, genrasi z yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1995 sampai dengan 2010, generasi yang mengembangkan tekhnologi yang dikembangkan di generasi y. Kelima, generasi Alpha yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 2011 sampai dengan 2025. Generasi ini merupakan generasi yang terdidik.
Kita harus mengakui bahwa sains dan teknologi telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia. Penemuan-penemuan tersebut telah memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia, mulai dari transportasi, komunikasi, ilmu pengetahuan, kesehatan, rekayasa genetika, dan masih banyak lagi.
Hasil penelitian pada tahun 2014 menunjukan bahwa UIN AM belum optimal menggunakan internet sebagai media pembelajaran dan media dakwah. Banyak penyebab mengapa umat islam tertinggal dalam penguasaan dan penggunaan IPTEK, tidak lain dan tidak bukan karena kebodohan dan kemalasan.
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk menguasai IPTEK. Al-Qur’an sangat memperhatikan ilmu pengetahuan agar manusia berpikir dan mengkaji alam semesta sehingga melahirkan suatu kesadaran akan kemahakuasaan Allah. Konsep pembangunan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an bersifat integrative dan komprehensif. Afzalur Rahman mengatakan bahwa filsafat hidup yang diajarkan Al-Qur’an memberikan gambaran yang sempurna, termasuk kepercayaan kepada benda beserta nilainya, juga kepercayaan kepada dunia dibalik benda serta nilainya.
Tetapi sangat disayangkan sampai saat ini, kebanyakan ummat Islam masih menjadi pengguna/konsumen produk sains, teknologi dan industri yang ditemukan atau dibuat oleh saintis, teknolog dan industrialis bukan Islam. Produksi umat Islam masih berbasiskan sumber daya alam yang mempunyai nilai tambah (added value) yang rendah, belum berbasis sains dan teknologi yang mempunyai nilai tambah yang tinggi. Begitu juga dengan para Ilmuwan dan teknolog Islam belum menjadi satu kelompok yang maju, berilmu pengetahuan dan berteknologi tinggi yang bisa menjadi rujukan dan tempat konsultasi para Ilmuwan, saintis dan teknolog dunia lainnya.
Menurut Prof. Dr. Abdus Salam, ”Umat Islam tertinggal dalam bidang sains dan teknologi karena beberapa sebab diantaranya: Tidak mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains terapan maupun sains murni, tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan tercapainya kemandirian sains dan teknologi (self reliance), tidak membangunkan kerangka institutional dan legal yang cukup untuk mendukung perkembangan sains dan menerapkan cara yang tidak tepat dalam menjalankan manajemen kegiatan di bidang sains dan teknologi. Ilmuwan dan teknolog hendaknya bersikap kritis, dan difasilitasi oleh negara agar terbentuk kelompok-kelompok intelektual yang aktif mengadakan kegiatan ilmiah.
Umat islam sangat tertinggal dalam IPTEK. Prof. Baiquni dalam bukunya “Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” menguraikan, ”Diantara sebab tertinggalnya umat Islam dalam bidang sains dan teknologi adalah:  Pertama, adanya dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin tidak begitu memahami atau salah faham terhadap buah fikiran Imam Al Ghazali, sehingga mereka memisahkan ilmu-ilmu agama dari sains dan teknologi. Selain itu para ulama terdahulu, mereka adalah pakar dalam  bidang agama, dan juga sains. Adapun para ulama agama sekarang tidak begitu menguasai sains, sehingga mereka mencoba menjauhkan pengikut-pengikutnya dari pengaruh ahli ilmu kauniyah. Hal ini mereka buat agar terbebas dari pertanyaan-pertanyaan krtitis murid-murid mereka, sedangkan mereka tidak dapat menjawabnya. Kedua, embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, lebih-lebih lagi negara umat Islam,  sehingga jumlah pakar sains di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam, Institusi pendidikan sains dan teknologi di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam.”
Begitu juga dengan Profesor. BJ. Habibie, yang terkenal dengan alih teknologi, dengan berfokus pada penguasaan teknologi tingkat tinggi. Melalui empat tahapan alih teknologinya beliau mencoba mengejar ketertinggalan Indonesia dalam bidang sains dan teknologi, antara lain : Pertama, pembelian Lisensi untuk memproduksi barang-barang dagangan yang ada di pasar dunia, dengan design dan teknologi yang telah disiapkan oleh pihak penjual lisensi yang berada di dalam dan luar negeri. Kedua, integrasi teknologi baik yang diperoleh dari hasil pembelian lisensi maupun pengembangan sendiri yang memungkinkan modifikasi dan adaptasi untuk mendisain produk baru. Ketiga, penciptaan teknologi baru dengan mempergunakan kemampuan teknologi yang telah ada dalam bentuk himpunan lisensi. Keempat, hasil research, developmentdan terbina melalui pengalaman integrasi teknologi serta pengembangan sains secara besar-besaran untuk mempertahankan keunggulan teknologi yang telah dikuasai, sehingga produk-produk yang dihasilkan tetap unggul dan mampu bersaing di pasar dunia.
Tentu dunia dan Ummat Islam sangat berterima kasih dan berhutang budi terhadap kontribusi para ahli yang telah memetakan, bahkan mencoba menjalankan program-program dalam rangka mengatasi hal yang menjadi kelemahan ummat. Sebagai contoh Habibi, dengan program-programnya telah berhasil menciptakan teknologi tingkat tinggi yang diakui dunia, misalnya teknologi pesawat terbang.
Namun,  tawaran solusi ketiga tokoh tersebut masih belum sempurna untuk bisa membuat ummat ini bangkit dari keterpurukan ilmu pengetahuan. Alih teknologi adalah hal yang memang sangat dibutuhkan , terutama untuk mengejar ketertinggalan dalam sains terapan.
Sejarah telah menunjukkan bagaimana Rasulullah Saw. dengan menggunakan ilmu dan kaedah wahyu dari Allah, telah mendidik para sahabat yang sebagaian besar buta huruf, terbelakang dalam ilmu pengetahuan, dibandingkan dengan negara lain saat itu. Tanpa ada institusi pendidikan formal, dan institusi-institusi Research and Development dalam berbagai bidang ilmu, tetapi telah sukses mendidik para sahabat menjadi pribadi unggul.
Dalam perkembangan IPTEK seorang muslim sejati harus mempunyai sikap dan strategi dalam mengembangkan IPTEK karena dengan menguasai Tekhnologi kita menguasai dunia. Adapaun sikap dan strateginya yaitu dengan memahami A-Qur’an, memahami perkembangan zaman. Islam dan zaman harus berjalan selaras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar