Senin, 21 Mei 2018

HMI; Diskursus Teori-teori Kedaulatan dan Implementasi Masyarakat Madani di Indonesia



                                            Oleh Ovan Adohar

Dalam level perkaderan, masing-masing jenjang perkaderan mempunyai levelnya, misalnya seperti pada LK 1 dan LK 2 yang mengkritik atau bertanya tentang problematika keummatan dan kebangsaan. Idiologi yang dibentuk dalam kaitannya dengan NDP HMI adalah misalnya pada LK 1 HMI yaitu bangunan ontologis, dan idiologi LK 2 yakni bangunan epistemology, sedangkan idiologi yang dibangun peserta LK 3 adalah bangunan aksiologi. Bangunan aksiologi ini bukan lagi bertanya tentang masalah yang ada tetapi melahirkan nilai kompotitif bukan komparatif. NDP HMI bukan milik LK 1, LK 2, dan LK 3, tetapi milik kader HMI yang ingin bangsa ini lebih maju kedepannya.
Ada beberapa teori kedaulatan menurut para ahli yakni: pertama, Teori Kedaulatan Tuhan. Teori kedaulatan Tuhan mengajarkan bahwa negara dan pemerintah mendapat kekuasaan yang tertinggi dari Tuhan. Menurut teori ini, sesungguhnya segala sesuatu yang terdapat di alam semesta berasal dari Tuhan. Kedua, Teori kedaulatan Raja. Kekuasaan negara, menurut teori ini, terletak di tangan raja sebagai penjelmaan kehendak Tuhan. Raja merupakan bayangan dari Tuhan. Agar negara kuat, raja harus berkuasa mutlak dan tidak terbatas. Dalam teori kedaulatan raja, posisi raja selalu berada di atas undang-undang. Rakyat harus rela menyerahkan hak asasinya dan kekuasaannya secara mutlak kepada raja. Ketiga, Teori kedaulatan rakyat, yaitu teori yang mengatakan bahwa kekuasaan suatu negara berada di tangan rakyat sebab yang benar-benar berdaulat dalam suatu negara adalah rakyat.
Persoalan kebangsaan kembali ke kedaulatan. Masalah kedaulatan Indonesia sebenarnya menyangkut masalah atribut dan identitas. Atribut dan  identitas ini yang melahirkan loyalitas dan kehormatan yang ujungnya membahas tentang harga diri dan daya tahan suatu kedaulatan tersebut. Oleh karena tidak menggunakan atribut dan identitas dalam kehidupannya sehingga kader HMI menjadi hiperealitas. Hiperealitas digunakan di dalam semiotika dan filsafat pascamodern untuk menjelaskan ketidakmampuan kesadaran hipotetis untuk membedakan kenyataan dan fantasi, khususnya di dalam budaya pascamodern berteknologi tinggi.
Hiperealitas adalah makna untuk mempersifatkan bagaimana kesadaran mendefinisikan "kenyataan" sejati di dunia, di mana keanekaragaman media dapat -secara mengakar membentuk dan menyaring kejadian atau pengalaman sesungguhnya. Kesimpulan dari Hiperealitas adalah tahta, harta, dan wanita.
Sun Tzu mengatakan bahwa kenali teritorimu. teritori artinya dasar, kesamaan nilai, alam, dan kedaulatan itu sendiri. Kedaulatan suatu negara bisa tercapai apabila suatu negara mampu melakukan revolusi insani. Revolusi insani sebenarnya sudah di lakukan oleh Rasulallah SAW dalam konsep masyarakat madani pada tahun 622 M. Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil society”. Perbedaan antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al-Farabi pada abad pertengahan. Kata masyarakat berarti suatu pegaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan aturan tertentu. Sedangkan kata madani berasal dari bahasa Arab yaitu madinah, artinya kota. Jadi secara etimologis, masyarakat madani berarti masyarakat kota. Meskipun demikian, istilah kota tidak merujuk semata-mata kepada letak geografis, tetapi justru kepada karakter atau sifat-sifat tertentu yang cocok untuk penduduk kota. Dari sini masyarakat madani tidak asal masyarakat perkotaan, tetapi memiliki sifat yang cocok dengan orang kota, yaitu berperadaban.
Dalam ber-HMI, kader diharapkan untuk kembali kepada implementasi mission HMI dan kembali kepada substansi. Menurut penulis untuk menjadikan bangsa Indonesia yang baldatun, toyyibatun warabbun gafur maka kader HMI wajib menjalankan mission HMI secara paripurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar