Oleh Ovan
Adohar
Harun Sikka Songge mengatakan bahwa
perubahan itu diberikan kepada mereka yang berakal, bernafsu, dan mereka yang
memiliki organisme yang baik. NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan) yang ada di
HMI selama ini dipercaya sebagai ideology. Seperti kita ketahui, ideologi
dipahami sebagai cara pandang pada hidup kita masing-masing. Tapi menurut
mazhab Kiri Baru bahwa ideology merupakan konsepsi pemikiran yang melahirkan
tindakan yang berhadapan dengan realitas. Jadi, ideology haruslah dapat merubah
realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan yang terkandung dalam
ideology yang dimaksud.
Al-Qur’an adalah konsepsi dari Allah
SWT, dan NDP adalah konsepsi dari Cak Nur tentang ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an.
Nilai-nilai Islam yang absolute dan
universal digabungkan dengan nilai-nilai Indonesia yang plural sehingga
terlahirlah NDP. Namun, ada beberapa hal yang membuat NDP menjadi begitu sakral
dan tidak mudah dipahami oleh sebagian besar kita. Andito, seorang kader HMI
dari Bandung mencoba menyusun metodologi lain dalam memahami NDP. Beliau
mengkritik isi NDP yang cenderung developmentalis dan membalikkan metodologi
NDP versi Cak Nur yang sosiologis-teologis-filosofis menjadi
filosofis-teologis-sosiologis sehingga lebih mudah dipahami dan lebih membumi.
Adapun tulisan yang menjabarkan metodologi
NDP versi Andito yang penulis kutip referensinya secara singkat yaitu terdiri
dari beberapa aspek. Pertama, aspek Filosofis: Ideology
dalam pengertian diatas harus memuat konsep, sikap, dan aksi agar bisa berhadapan dengan realitas.
Kedua, aspek Teologis,
maksudnya Tuhan itu sendiri, karena sifatnya yang non-materi,
selain menjadikanNya bebas dari ketidak-sempurnaan, juga mengakibatkan manusia
menjadi susah untuk merasakan dan mengikuti keberadaanNya. Ketiga, Sosiologis, Dalam
hal ini, manusia memerlukan unit yang disebut masyarakat untuk mengatur hak dan kewajiban agar proses
dialog ini dapat berjalan dengan baik. Penulis tidak telalu mengkaji NDP versi
Andito, tetapi sebagai pengantar saja untuk memahami NDP versi Cak Nur yang
dibawakan oleh Kakanda Harun.
Tugas pemuda yaitu perubahan dan
mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dalam menafsirkan Q.S. Al-Asry tentang
waktu. Tuhan bersumpah dan mempertaruhkan diri-Nya (dzat) dengan waktu demi kehadiran manusia, sesungguhnya manusia
dalam keadaan rugi. Supaya manusia tidak dalam keadaan merugi maka manusia
dituntut untuk konsisten dan menghargai waktu tersebut. Q.S. Al-Asyar dalam
kaitanya dengan kader HMI, kader harus menjawab tantangan peradaban dengan
suatu karya besar yang disebut karya peradaban. Perkaderan merupakan institusi
kesadaran. Dalam setiap diri manusia ada potensi yang ada dalam diri manusia,
potensi yang melekat pada dirinya. Potensi inilah yang wajib untuk di
implementasikan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Tujuan dari Training di
HMI adalah menarik kesadaran manusia.
Secara historis, NDP hadir sebagai
tawaran atas kegalauan terhadap kehidupan manusia dan kegalauan tokoh-tokoh
islam Indonesia dan kegalauan tokoh pendiri bangsa dalam memhami ke-Islam-an
dan Ke-Indonesia-an. Sehingga jangan heran kader HMI dibentuk seperti pendiri
bangsa ini. NDP merupakan kerangka berpikir yang mempostulat struktur berpikir
kader HMI. NDP merupakan struktur berpikir yang memberikan pilihan terhadap
konsepsi surga dan neraka. NDP mulai bab 1 samapi bab 7 merupakan suatu sistem
berpikir.
NDP merupakan cara pandang yang
melahirkan cara berpikir, kemudian menjadi tindakan yang memprilaku dalam
kehidupan, dan menjadi budaya yang akhirnya menjadi peradaban. Indikator
keberhasilan HMI adalah seberapa besar karya (buku) yang dimiliki. NDP bukan
saja sebagai cara pandang tetapi NDP HMI ditempatkan sebagai idiologi
pergerakan. Kader HMI harus menjiwai NDP dalam kehidupannya. Memahami NDP
dengan berbagai pendekatan yaitu pendekatan internalisasi (menjiwai NDP),
pendekatan eksternalisasi (kesadaran sosial), dan objektivitas (peradaban dan
panutan ummat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar