Senin, 21 Mei 2018

NDP Sebagai Ideologi Perkaderan HMI





Oleh Ovan Adohar

Harun Sikka Songge mengatakan bahwa perubahan itu diberikan kepada mereka yang berakal, bernafsu, dan mereka yang memiliki organisme yang baik. NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan) yang ada di HMI selama ini dipercaya sebagai ideology. Seperti kita ketahui, ideologi dipahami sebagai cara pandang pada hidup kita masing-masing. Tapi menurut mazhab Kiri Baru bahwa ideology merupakan konsepsi pemikiran yang melahirkan tindakan yang berhadapan dengan realitas. Jadi, ideology haruslah dapat merubah realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan yang terkandung dalam ideology yang dimaksud.
Al-Qur’an adalah konsepsi dari Allah SWT, dan NDP adalah konsepsi dari Cak Nur tentang ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an. Nilai-nilai Islam yang absolute dan universal digabungkan dengan nilai-nilai Indonesia yang plural sehingga terlahirlah NDP. Namun, ada beberapa hal yang membuat NDP menjadi begitu sakral dan tidak mudah dipahami oleh sebagian besar kita. Andito, seorang kader HMI dari Bandung mencoba menyusun metodologi lain dalam memahami NDP. Beliau mengkritik isi NDP yang cenderung developmentalis dan membalikkan metodologi NDP versi Cak Nur yang sosiologis-teologis-filosofis menjadi filosofis-teologis-sosiologis sehingga lebih mudah dipahami dan lebih membumi.
Adapun tulisan yang menjabarkan metodologi NDP versi Andito yang penulis kutip referensinya secara singkat yaitu terdiri dari beberapa aspek. Pertama, aspek Filosofis: Ideology dalam pengertian diatas harus memuat konsep, sikap, dan aksi agar bisa berhadapan dengan realitas. Kedua, aspek Teologis, maksudnya Tuhan itu sendiri, karena sifatnya yang non-materi, selain menjadikanNya bebas dari ketidak-sempurnaan, juga mengakibatkan manusia menjadi susah untuk merasakan dan mengikuti keberadaanNya. Ketiga, Sosiologis, Dalam hal ini, manusia memerlukan unit yang disebut masyarakat untuk mengatur hak dan kewajiban agar proses dialog ini dapat berjalan dengan baik. Penulis tidak telalu mengkaji NDP versi Andito, tetapi sebagai pengantar saja untuk memahami NDP versi Cak Nur yang dibawakan oleh Kakanda Harun.
Tugas pemuda yaitu perubahan dan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dalam menafsirkan Q.S. Al-Asry tentang waktu. Tuhan bersumpah dan mempertaruhkan diri-Nya (dzat) dengan waktu demi kehadiran manusia, sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi. Supaya manusia tidak dalam keadaan merugi maka manusia dituntut untuk konsisten dan menghargai waktu tersebut. Q.S. Al-Asyar dalam kaitanya dengan kader HMI, kader harus menjawab tantangan peradaban dengan suatu karya besar yang disebut karya peradaban. Perkaderan merupakan institusi kesadaran. Dalam setiap diri manusia ada potensi yang ada dalam diri manusia, potensi yang melekat pada dirinya. Potensi inilah yang wajib untuk di implementasikan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Tujuan dari Training di HMI adalah menarik kesadaran manusia.
Secara historis, NDP hadir sebagai tawaran atas kegalauan terhadap kehidupan manusia dan kegalauan tokoh-tokoh islam Indonesia dan kegalauan tokoh pendiri bangsa dalam memhami ke-Islam-an dan Ke-Indonesia-an. Sehingga jangan heran kader HMI dibentuk seperti pendiri bangsa ini. NDP merupakan kerangka berpikir yang mempostulat struktur berpikir kader HMI. NDP merupakan struktur berpikir yang memberikan pilihan terhadap konsepsi surga dan neraka. NDP mulai bab 1 samapi bab 7 merupakan suatu sistem berpikir.
NDP merupakan cara pandang yang melahirkan cara berpikir, kemudian menjadi tindakan yang memprilaku dalam kehidupan, dan menjadi budaya yang akhirnya menjadi peradaban. Indikator keberhasilan HMI adalah seberapa besar karya (buku) yang dimiliki. NDP bukan saja sebagai cara pandang tetapi NDP HMI ditempatkan sebagai idiologi pergerakan. Kader HMI harus menjiwai NDP dalam kehidupannya. Memahami NDP dengan berbagai pendekatan yaitu pendekatan internalisasi (menjiwai NDP), pendekatan eksternalisasi (kesadaran sosial), dan objektivitas (peradaban dan panutan ummat).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar