Senin, 21 Mei 2018

Peranan HMI Dalam Menghadapi MEA




Oleh Ovan Adohar

Advance Training (LK 3) merupakan sekolah formal HMI. Advance Training (LK 3) HMI Badko Sulselbar dihadiri oleh ketua Umum PB HMI periode 2010-2012 yaitu Nurfajriansyah, dan juga dihadiri oleh ketua umum KNPI Sulsel, Imran Eka Saputra yang merupakan pengurus PB HMI saat kepengurusan Nurfajriansyah. Dua orang tokoh muda HMI ini menjadi panelis dalam kegiatan LK 3 HMI tersebut yang berlangsung di Hotel Prima Kota Makassar, Senin tanggal 09 Mei 2018. Dalam pemaparannya sebagai narasumber, Fajri dan Imran mengungkapkan problematika kader HMI dalam menjawab tantangan zaman dan problematika kesiapan dirinya dalam menghadapi MEA. Menurut penulis wacana MEA ini sudah lewat karena mulai diterapkannya MEA itu sendiri adalah pada tahun 2015, cuman yang menjadi persoalannya adalah ketidakmampuan kader HMI dalam menafsirkan dan mengejewantahkan perkembangan peradaban kemanusiaan ini.
MEA merupakan suatu program negara membuka sistem pasar bebas. Adapun pembukaan pasar bebas dilakukan di negara-negara Asia dengan tujuan membuka secara luas lapangan pekerjaan dan memperbaiki sektor ekonomi Asia. Pemerintah dalam hal ini membuka sistem investasi secara terbuka di seluruh Indonesia. Kanda Imran mengkritik tentang peran kader HMI, karena kader HMI hari ini tidak mampu membacapeluang dan hambatan. Keinginanan dari kakanda Imran adalah gerakan HMI harus mempunyai gerakan nilai. Gerakan nilai yang dimaksud adalah gerakan yang berperadaban. HMI harus mempunyai terobosan yang jelas, apalagi di era generasi milenial ini.
Salah satu faktor terpenting dibentuknya suatu sistem ekonomi tunggal yang kerap disebut sebagai MEA adalah untuk mempermudah satu negara menjual barang dan jasa ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Hal itu dengan semangat pembangunan ekonomi yang lebih baik, khususnya kemajuan ekonomi di negara-negara Asia. Salah satu generasi yang dibutuhkan dalam MEA itu sendiri adalah generasi yang kompotetif dalam berbagai hal, baik itu ekonomi, sosial politik, budaya, dan lain-lain.
Selanjutnya, menurut kakanda Fajrin, dampak dari perubahan sosial harus mempunyai sesuatu yang baru yang mempunyai manfaat yang besar. Berdasarkan hasil riset terbaru dari Organisasi Buruh Dunia (ILO), pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Pembentukan sistem ekonomi yaitu MEA selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara.Namun, di sisi lain Indonesia juga mempunyai tantangan yang tidak boleh dilihat hanya dengan memicingkan mata. Tantangan yang paling besar bagi Indonesia ini adalah dari sisi sumber daya manusia.
Berhubungan dengan MEA, kualitas sumber daya masyarakat Indonesia akan menjadi pertaruhan utama. MEA menjadikan masuknya barang dan jasa-jasa ahli dari negara-negara ASEAN secara lebih besar dan terbuka. Konsekuensinya cukup menggelisahkan Indonesia akan menjadi pemenang atau sebaliknya justru menjadi pecundang.
Kalau kemarin-kemarin kita hanya bersaingan dengan teman SMA, teman kuliah, teman se daerah, teman se negera, tapi dengan diimplementasikannya MEA saingan kita bukan cuma mereka melainkan pemuda-pemuda seluruh ASEAN yang mungkin  mereka lebih siap dari pada kita. Maka dari itu kita mempersiapkan diri setidaknya kita mengasah keahlian dan keterampilan (skilled labor) masing-masing. Lantas bagaimana peran pemuda dalam menghadapi MEA? Sebab pemuda sangat menjanjikan maju tidaknya bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan, diantaranya: memiliki pemahman, rajin belajar, membangun jaringan, dan tidak phobia pada MEA.
 Apabila peran pemuda tersebut diimplimentasikan dalam kehidupannya dalam menghadapi MEA guna memajukan bangsa Indonesia. maka, Indonesia akan menjadi pemenang, bukan menjadi negara pecundang atau bahasa kasarnya menjadi budak di negaranya sendiri.
Dalam menghadapi perhelatan akbar ini, masing-masing Negara yang tergabung dalam MEA, sepertihalnya Singapure, Thailand dan lainnya telah mempersiapkan diri untuk bergabung dalam komunitas tersebut diantaranya dengan menyiapkan sumber daya manusia yang siap saing dengan Negara lainnya melalui pendidikan bahasanya dan peningkatan kualitas pendidikan untuk mengambil peluang sebesar-besarnya dalam MEA. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Ada 3 hal yang dapat terjadi pada MEA 2015 ini, yaitu:
1.    Bangsa Indonesia maju disegala sektor dan tingkatan masyarakat
2.    Semakin maraknya sistem kapitalis, dimana yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin
3.    Negara Indonesia menjadi sapi perah bagi negara-negara yang lebih berkualitas dan warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di tanah air sendiri hanya bisa menjadi penonton, pengekor dan terkikisnya budaya yang ada di negeri Indonesia
Dalam hal ini, HMI sebagai organisasi yang berazaskan islam juga sebagai organisasi perjuangan dituntut harus mampu memperjuangkan hak- hak kaum mustadh’afin dan terlebih lagi memperjuangkan keadilan dalam era globalisme dan neoliberalisme terutama dalam lingkup ke-Indonesiaan. Di samping itu, sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang berfungsi sebagai social control, HMI dituntut mampu mengawal dan membantu pemerintah dalam mempersiapkan tenaga kerja yang berkompetensi dan profesional agar mampu bersaing dalam era globalisasi tersebut khususnya dalam lingkup daerah maupun nasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar