Oleh Ovan Adohar
Advance Training (LK 3) merupakan sekolah formal HMI. Advance Training (LK 3) HMI Badko
Sulselbar dihadiri oleh ketua Umum PB HMI periode 2010-2012 yaitu Nurfajriansyah,
dan juga dihadiri oleh ketua umum KNPI Sulsel, Imran Eka Saputra yang merupakan
pengurus PB HMI saat kepengurusan Nurfajriansyah. Dua orang tokoh muda HMI ini
menjadi panelis dalam kegiatan LK 3 HMI tersebut yang berlangsung di Hotel
Prima Kota Makassar, Senin tanggal 09 Mei 2018. Dalam pemaparannya sebagai
narasumber, Fajri dan Imran mengungkapkan problematika kader HMI dalam menjawab
tantangan zaman dan problematika kesiapan dirinya dalam menghadapi MEA. Menurut
penulis wacana MEA ini sudah lewat karena mulai diterapkannya MEA itu sendiri
adalah pada tahun 2015, cuman yang menjadi persoalannya adalah ketidakmampuan
kader HMI dalam menafsirkan dan mengejewantahkan perkembangan peradaban
kemanusiaan ini.
MEA merupakan
suatu program negara membuka sistem pasar bebas. Adapun pembukaan pasar bebas
dilakukan di negara-negara Asia dengan tujuan membuka secara luas lapangan
pekerjaan dan memperbaiki sektor ekonomi Asia. Pemerintah dalam hal ini membuka
sistem investasi secara terbuka di seluruh Indonesia. Kanda Imran mengkritik
tentang peran kader HMI, karena kader HMI hari ini tidak mampu membacapeluang
dan hambatan. Keinginanan dari kakanda Imran adalah gerakan HMI harus mempunyai
gerakan nilai. Gerakan nilai yang dimaksud adalah gerakan yang berperadaban.
HMI harus mempunyai terobosan yang jelas, apalagi di era generasi milenial ini.
Salah satu faktor terpenting dibentuknya suatu
sistem ekonomi tunggal yang kerap disebut sebagai MEA adalah untuk mempermudah
satu negara menjual barang dan jasa ke negara-negara lain di seluruh Asia
Tenggara. Hal itu dengan semangat pembangunan ekonomi yang lebih baik,
khususnya kemajuan ekonomi di negara-negara Asia. Salah satu generasi yang
dibutuhkan dalam MEA itu sendiri adalah generasi yang kompotetif dalam berbagai
hal, baik itu ekonomi, sosial politik, budaya, dan lain-lain.
Selanjutnya, menurut kakanda Fajrin, dampak dari
perubahan sosial harus mempunyai sesuatu yang baru yang mempunyai manfaat yang
besar. Berdasarkan hasil riset terbaru dari Organisasi Buruh Dunia (ILO),
pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Pembentukan
sistem ekonomi yaitu MEA selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru,
skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di
Asia Tenggara.Namun, di sisi lain Indonesia juga mempunyai tantangan yang tidak
boleh dilihat hanya dengan memicingkan mata. Tantangan yang paling besar bagi
Indonesia ini adalah dari sisi sumber daya manusia.
Berhubungan dengan MEA, kualitas sumber daya
masyarakat Indonesia akan menjadi pertaruhan utama. MEA menjadikan masuknya
barang dan jasa-jasa ahli dari negara-negara ASEAN secara lebih besar dan
terbuka. Konsekuensinya cukup menggelisahkan Indonesia akan menjadi pemenang
atau sebaliknya justru menjadi pecundang.
Kalau kemarin-kemarin kita hanya bersaingan dengan teman
SMA, teman kuliah, teman se daerah, teman se negera, tapi dengan
diimplementasikannya MEA saingan kita bukan cuma mereka melainkan pemuda-pemuda
seluruh ASEAN yang mungkin mereka lebih siap dari pada kita. Maka dari
itu kita mempersiapkan diri setidaknya kita mengasah keahlian dan
keterampilan (skilled labor) masing-masing.
Lantas bagaimana peran pemuda dalam menghadapi MEA? Sebab pemuda sangat
menjanjikan maju tidaknya bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan,
diantaranya: memiliki pemahman, rajin belajar, membangun jaringan, dan tidak
phobia pada MEA.
Apabila peran pemuda tersebut
diimplimentasikan dalam kehidupannya dalam menghadapi MEA guna memajukan bangsa
Indonesia. maka, Indonesia akan menjadi pemenang, bukan menjadi negara
pecundang atau bahasa kasarnya menjadi budak di negaranya sendiri.
Dalam menghadapi perhelatan akbar ini,
masing-masing Negara yang tergabung dalam MEA, sepertihalnya Singapure,
Thailand dan lainnya telah mempersiapkan diri untuk bergabung dalam komunitas
tersebut diantaranya dengan menyiapkan sumber daya manusia yang siap saing
dengan Negara lainnya melalui pendidikan bahasanya dan peningkatan kualitas
pendidikan untuk mengambil peluang sebesar-besarnya dalam MEA. Lantas,
bagaimana dengan Indonesia? Ada 3 hal yang dapat terjadi pada MEA 2015 ini,
yaitu:
1.
Bangsa
Indonesia maju disegala sektor dan tingkatan masyarakat
2.
Semakin
maraknya sistem kapitalis, dimana yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin
3.
Negara
Indonesia menjadi sapi perah bagi negara-negara yang lebih berkualitas dan
warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di tanah air sendiri hanya bisa
menjadi penonton, pengekor dan terkikisnya budaya yang ada di negeri Indonesia
Dalam hal ini, HMI sebagai organisasi yang
berazaskan islam juga sebagai organisasi perjuangan dituntut harus mampu
memperjuangkan hak- hak kaum mustadh’afin dan terlebih lagi memperjuangkan
keadilan dalam era globalisme dan neoliberalisme terutama dalam lingkup
ke-Indonesiaan. Di samping itu, sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang
berfungsi sebagai social control, HMI dituntut mampu mengawal dan membantu
pemerintah dalam mempersiapkan tenaga kerja yang berkompetensi dan profesional
agar mampu bersaing dalam era globalisasi tersebut khususnya dalam lingkup
daerah maupun nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar